Tanamkan Pendidikan Karakter, SMA Negeri 17 Gelar Festival Literasi 2018
SMA Negeri 17 Bandung menggelar acara Festival Literasi 2018, kegiatan tersebut
digelar sejak Selasa (11/12) dan puncaknya, Kamis (13/12).
Kepala SMA Negeri 17 Kota Bandung, Iim Imron Rosyadi, S.Pd., menyebutkan digelarnya kegiatan tersebut tak terlepas dari Program unggulan di sekolah tersebut untuk menunjang penguatan pendidikan karakter.
”Pendidikan karakter di SMAN 17 Bandung sudah dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, sudah dibudayakan. Sudah menjadi kebiasaan anak-anak sehari-hari. Seperti senyum, sapa, salam, sopan, santun,” kata Iim pada Jabar Ekspres di kantornya, Kamis (13/12).
Implementasi pendidikan karakter lainnya, yakni menyanyikan lagu Wajib Indonesia Raya, dan tadarus Alquran selama 15 menit. “Setalah itu anak-anak diharuskan membaca buku non-mata pelajaran,” sambungnya.
Babakan Ciparay, Kota Bandung itu pun setiap Selasa hingga Kamis ada salat dhuha berjamaah yang dilaksanakan di masjid SMA Negeri 17 Bandung.
“Kemudian pada hari Jumatnya ada pengajian Jumpa, Jumat Pagi. Itu bergilir, kalau sekarang kelas 10, minggu depan kelas 11, kemudian kelas 12, nanti balik lagi. Isinya apa dari Jumpa, yang pertama salat dhuha juga, tadarus, dan yang membedakan di Jumpa itu ada tausyiahnya. Selama 15 menit, dan itu pas 07.15 selesai,” ungkap Iim.
Sementara diakhir pembelajaran ada Gerakan Pungut Sampah (GPS) agar lingkungan sekolah terutama ruangan kelas tempat para siswa belajar tetap terjaga kebersihannya.
“Untuk menjaga kebersihan kita diakhir pembelajaran ada GPS. Untuk membudayakan budaya bebersih, yang sekarang dirasa sudah agak pudar, karena rata-rata sekolah itu dibersihkannya oleh petugas kebersihan. Maka di sini melibatkan anak, agar berdiri empati, paling tidak lingkungan dia, (di) kelasnya paling tidak, bagaimana kelasnya bisa bersih,” ungkapnya lagi.
Untuk kegiatan festival literasi sendiri memang diselenggarakan dengan berbagai perlombaan.
Untuk tahun ini pihaknya menyelenggarakan lomba cipta, baca dan musikalisasi puisi, pidato Bahasa Jerman, menulis teks ulasan, photografi, dan dongeng Sunda.
Digelarnya festival itu pun bukan tanpa alasan, salahsatunya, untuk mengukur seberapa ketercapaian dari proses literasi harian di kelas, dan untuk meningkatkan daya kompetisi anak digelar festival literasi.
”Kegiatannya setiap tahun berubah, tahun kemarin apa dan sekarang apa tapi semuanya berbasis kebangsaan. Ini semua dalam rangka untuk mengukur ketercapaian, atau bahkan membangunkan potensi-potensi yang terpendam. Seperti kemarin pada waktu Maulid Nabi Muhammad SAW. Saya tidak tahu kalau anak-anak punya potensi di bidang tarik suara, mirip-mirip Nisa Sabyan, gambus. Ternyata ada, ketika ditampilkan. Jadi itu kan menjaring bibit-bibit, dan orientasi ke depan akan muncul ke FLS2N,” jelasnya.
Sumber :
https://www.quibblo.com/story/DAxA-t0X/How-To-Get-Selected-For-Government-Job